Senin, 15 Desember 2014

Sejarah singkat roti tawar



Beribu tahun lalu, manusia hidup megembara, sambil berburu dan mencari yang bisa dimakan. Tadinya bulir gandum mereka kunyah begitu saja. Uh! Keras! Jadi, mereka tumbuk dan beri air supaya lembek. Adonan yang tersisa mereka jemur sampai kering untuk bekal perjalanan.



Lalu mereka tahu, makanan menjadi lebih enak kalau dibakar. Jadi, adonan gandum mereka pipihkan di permukaan batu yang dipanaskan dengan api. Sekitar 4.600 tahun lalu, di Mesir ada orang lupa mengeringkan adonan tepung. Adonan itu meragi. Setelah dibakar, rasanya lebih empuk dan lebih enak. Sejak saat itu, mereka sengaja meragikan dulu adonan tepung supaya mengembang.
 

Roti masa itu belum seempuk dan seenak sekarang membuatnya pun menjijikan. Tepung, air dan ragi dicampur lalu diinjak-injak oleh para budak. Namun roti tidak lagi dibakar di api terbuka, tetapi di dalam tungku primitif berbentuk kerucut. Masa itu pekerja Mesir bukan diupah dengan uang, tetapi dengan roti. Sampai sekarang dalam bahasa inggris pencari nafkah disebut breadwinner.



Sampai sekarang, roti tradisional di Timur Tengah, India, Afrika masih pipih. Roti kemudian menjadi makan pokok di berbagai dunia



Orang Belanda menyebut roti dengan sebutan brood. Itulah sebabnya pada masa yang lalu tukang roti di jakarta menjajakan dagangannya sambil berteriak "Boot! Boot!"



Selama berabad-abad, bahan utama roti, yaitu gandum dihaluskan dengan cara digiling memakai batu. Pekerjaan berat itu dikerjakan para budak dan orang hukuman (kasian ya!)



Sampai abad ke 10 di Eropa tukang roti selalu dianggap curang. Mereka sering mencampur tepung bermutu tinggi dengan yang bermutu rendah dan menjual dengan harga tinggi. Pada awal abad ke -18 tukang roti yang curanh dihukum dengan kejam di Turki. Telinga mereka dipakukan di tiang pintu. Ih, ngeri!



Berkat kemajuan ilmu pertanian dan penggunaan masin, tepung gandum kemudian mudah diperoleh dengan harga terjangkau oleh rakyat jelata. Roti pun bisa dinikmati oleh kamu dan aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar